I. Formula Sediaan Emulsi Minyak Ikan
No.
|
Nama
Bahan
|
Jumlah
|
Kegunaan
|
1
|
Oleum Iecoris Aselli
|
30 %
|
Zat Aktif
(FI ed III hal: 457)
|
2
|
Tween 80 Hlb 9,2
|
4,58 %
|
Emulsyfing agent
(HOPE 6th hal : 550)
|
3
|
Span 80 Hlb 9,2
|
5,42 %
|
Emulsyfing agent
(HOPE 6th hal : 550)
|
4
|
Syrupus Simplex
|
30 %
|
Pemanis dan pengental
(HOPE 6th hal: 703)
|
5
|
Methyl Paraben
|
0,1 %
|
Pengawet
(HOPE 6th
: 441)
|
6
|
BHT
|
0,01 %
|
Antioksidan
(HOPE 6th hal : 75)
|
7
|
Propilen Glikol
|
10 %
|
Anti cap-locking, pemanis, dan
pengental
(HOPE 6th hal : 679)
|
8
|
Aquadest
|
19,89 %
|
Pelarut/ pembawa
(FI ed IV hal:96 )
|
9
|
Pasta Strawberry
|
qs
|
Flavoring agent
|
No.
|
Permasalahan
|
Penyelesaian
|
1
|
Bahan aktif berupa minyak yang tidak
bisa bercampur dengan air, sedangkan sediaan yang akan dibuat adalah sediaan
larutan
|
Dibuat Emulsi dan digunakan emulgator untuk
membungkus fase minyak dengan cara membentuk lapisan film, sehingga fase
minyak dan air dapat bercampur. Emulgator yang digunakan adalah golongan
surfaktan yaitu tween 80 dan span 80 sebanyak 10 %.
|
2
|
Sediaan yang akan dibuat adalah sediaan emulsi tipe o/w untuk
pemakaian oral.
|
Digunakan aquadest sebagai bahan pembawa
( FI ed IV hal;96 )
|
3
|
Zat aktif memiliki rasa minyak yang khas
|
Digunakan Syrupus simplex sebanyak 30% untuk menutupi rasa minyak yang khas
|
4
|
Syrupus Simplex dapat menyebabkan caplocking pada leher botol
|
Digunakan Propilenglikol 10% sebagai anti caplocking agent
(HOPE 6th hal : 592 )
|
5
|
Sediaan yang dibuat merupakan sediaan multiple dose sehingga
kemungkinan tumbuh mikroba
|
Digunakan pengawet methyl paraben dengan kadar 0,1 % sebagai
antimikroba.
(HOPE 6th hal : 441)
|
6
|
Sediaan mengandung minyak yang mudah teroksidasi
|
Digunakan Antioksidan yaitu BHT sebanyak 0,01 %
(HOPE 6th hal : 75)
|
7
|
Agar lebih akseptabel di masyarakat di gunakan flavouring agent
|
Flavouring agent yang di gunakan adalah pasta strawberry secukupnya.
|
Baca juga : Keuntungan dan Kerugian Emulsi
2. PraFormulasi Bahan Tambahan
1. Oleum Iecoris Aselli
Pemerian
|
Cairan kuning pucat, bau khas, agak manis,
tidak tengik, rasa khas
(FI ed
III hal: 457)
|
Sinonim
|
Minyak Ikan
|
Kelarutan
|
Sukar larut dalam etanol (95%) p, mudah larut
dalam khloroform p, dalam eter p, dan dalam eter minyak tanah p.
(FI ed III hal: 457)
|
Stabilitas
|
Penyimpanan dalam wadah tertutup baik, terisi
penuh, terlindung dari cahaya.
(FI ed III hal: 457)
|
Inkompatibils
|
|
Kegunaan
|
Sumber Vitamin A dan D
(FI ed III hal: 457)
|
2. Tween 80(Polysorbate 80), (RM : C64H124O26, BM : 1310) HOPE 6th, hal : 549-553
Pemerian
|
Polisorbat 80 memiliki bau yang khas
dan hangat, agak
rasa pahit, kental,
dan berwarna kuning
|
Kelarutan
|
Larut
dalam etanol, dan dalam air. Tidak larut dalam minyak mineral dan minyak
sayur.
|
Stabilitas
|
Polisorbat stabil untuk elektrolit dan
asam dan basa lemah;
saponifikasi bertahap terjadi dengan
asam dan basa kuat. Ester asam oleat sensitif terhadap oksidasi. Polisorbat
yang higroskopis
dan harus diperiksa untuk kadar air
sebelum digunakan dan dikeringkan jika
diperlukan. Juga, yang sama dengan
surfaktan polioksietilen lainnya,penyimpanan lama dapat menyebabkan
pembentukan peroksida.Polisorbat harus disimpan dalam wadah tertutup baik,
terlindung dari
cahaya, di tempat yang sejuk dan kering.
|
Inkompatibilitas
|
Perubahan warna dan / atau curah hujan
terjadi dengan berbagai zat,khususnya fenol, tanin, ter, dan bahan tarlike.
aktivitas antimikroba paraben
berkurang dengan kehadiran polisorbat.
|
Data
fisik
|
Titik
nyala 149°C
HLB
: 15
Viskositas
: 425 mPa s
Densitas
: 1.01 g/cm3
Viskositas
pada 25°C : 970–1080 (mPa s)
|
Kadar Penggunaan
|
agen
pengemulsi :digunakan sendiri dalam emulsi O/W = 1-15%
Digunakan
dalam kombinasi dengan pengemulsi hidrofilik emulsi O/W = 1-10%
|
Kegunaan
|
Zat pendispersi, emulsifyng agent;
surfaktan nonionik; pelarut; wetting agent.
|
3. Span 80 (RM : C24H44O6; BM : 429) HOPE 6th, hal : 675-678
Zat aktif
|
Sorbitan Monooleat
|
Pemerian
|
Cairan kental jernih berwarna kuning,
seperti minyak, bau khas lemah, rasa pahit dan hangat.
|
Kelarutan
|
Kelarutan ester sorbitan umumnya larut
atau terdispersi dalam
minyak, mereka juga larut dalam
pelarut organik. Dalam air,
meskipun tidak larut, mereka umumnya
terdispersi.
|
Stabilitas
|
Sorbitan ester stabil dalam asam lemah
atau basa. Sorbitan ester harus disimpan dalam wadah tertutup baik pada
tempat sejuk dan kering.
|
Inkompatibilitas
|
Pembentukan sabun bertahap terjadi
dengan asam kuat atau basa
|
Data fisik
|
Titik nyala > 149°C
HLB : 4,3
|
Kadar Penggunaan
|
Agen pengemulsi : digunakan sendiri dalam emulsi W/O = 1-15%
Digunakan dalam kombinasi dengan
pengemulsi hidrofilik
emulsi O/W = 1-10%
|
Kegunaan
|
Zat pendispersi, emulsifyng agent;
surfaktan nonionik; pelarut; wetting agent
|
4. Methyl Paraben (RM: C8H8O3) [FI ed III hal: 378]
Pemerian
|
Serbuk hablur
halus;putih;hampir tidak berbau;tidak mempunyai rasa,kemudian agak membakar
diikuti rasa tebal.
|
Kelarutan
|
Larut dalam
500 bagian air,dalam 20 bagian air mendidih,dalam3,5 bagian ethanol (95%) dan
dalam 3 bagian aseton p.Mudah larut dalam eter p dan dalam larutan alkali
hidroksida;larut dalam 60 bagian gliserol p panas dan dalam 40 bagian minyak
lemak nabati panas,jika didinginkan larutan tetap jernih.
|
Kadar Penggunaan
|
0,015 % - 0,2 %
ADI : 10mg/kgbb
(HOPE 6th ed 2009 hal : 444)
|
Stabilitas
|
Larutan mengandung air dan methyl paraben di
pH 3-6 mungkin di sterilkan oleh Autoklaf pada suhu 1208˚C dalam 20 menit
tanpa dekomposisi.larutan air pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%
dekomposisi) sampai sekitar 4 tahun pada suhu kamar,sementara larutan air
pada pH 8 atau di atas tunduk pada hidrolisis cepat (10% atau lebih pada
penyimpanan sekitar 60 hari pada suhu kamar).
(HOPE 6th ed 2009 hal : 444)
|
Inkompatibilitas
|
Aktifitas antimikroba Methyl
paraben dan parabens lainnya sangat berkurang dengan adanya surfaktan non
ionik,seperti polisorbat 80.Propilen glikol (10%) telah di tunjukan untuk
mempotensikan aktivitas antimikroba dari parabens di non ionik surfaktan dan
mencegah interaksi antara methyl paraben dan polisorbat 80.Tidak kompatibel
dengan bahan
lain,seperti;Bentonit,magnesiumtrisilikat,bedak,tragacanth,natrium
alginat,minyak esensial,sorbitoll dan atropin.
(HOPE 6th ed 2009
hal : 443)
|
Kegunaan
|
Zat Pengawet/Zat Tambahan
|
5. Propilen glikol (RM : C3H8O2) [FI ed IV hal:534 ]
Pemerian
|
Cairan kental, jernih,tidak berwarna, rasa khas, praktis tidak berbau,
menyerap air pada udara lembab
|
Kelarutan
|
Dapat bercampur dengan air, dengan aseton, dengan chloroform, larut
dalam eter dan dalam beberapa minyak essensial; tetapi tidak dapat bercampur
dengan minyak lemak.
|
Data Fisik
|
Densisitas : 1.038 g/cm3 at 208C
Titik Leleh : -59ºC
|
Kadar Penggunaan
|
ADI : 25mg/kgbb
Pelarut oral : 10%-25 %
Pengawet : 15%-30%
(HOPE,6th ed:2009 hal 592)
|
Stabilitas
|
Di tempat terbuka cenderung mengoksidasi.Propilen glikol secara
kimiawi stabil saat di campur dengan etanol (95%),gliserin atau air,Propilen
glikol cenderung higroskopis dan harus di simpan dalam tempat tertutup,terlindung
dari cahaya,di tempat yang sejuk dan kering.
(HOPE,6th ed:2009 hal 592)
|
Inkompatibilitas
|
Propilen glikol tidak kompatibel dengan reagen oksidasi seperti kalium
permanganat
(HOPE,6th
ed:2009 hal 592)
|
Kegunaan
|
Anti cap-locking agent,Co-solvent,Pengawet anti
mikroba,desinfektan,Humektan
(HOPE,6th ed:2009 hal 592)
|
6. Syrupus simplex (RM C12H22O11) HOPE,6th ed:2009 hal 592
Pemerian
|
Gula yang berasal dari Sacharum
oficinarum linne,Beta Vulgaris linne.Berbentuk Kristal tak berwarna,massa
Kristal atau blok,bubuk Kristal putih,tidak berbau dan memiliki rasa manis
(HOPE, 6th ed:2009 hal:703)
|
Kelarutan
|
Kelarutan dalam air 1 : 0,2 ; pada suhu
100˚C,1:400 dalam etanol pada suhu 20˚C,1:170 dalam etanol 95% pada suhu
20˚C,1:400 dalam propan-2-ol tidak larut dalam kloroform
(HOPE, 6th ed:2009 hal:703)
|
Data fisik
|
Titik Leleh : 160-1860C
Densitas : 1,6 g/cm3
|
Stabilitas
|
Stabilitas baik pada suhu kamar dan pada
kelembaban yang rendah.Sukrosa akan menyerap 1% Kelembaban Yang Akan
Melepaskan Panas Pada 90˚C.Sukrosa akan menjadi caramel
pada suhu di atas 160˚C,sukrosa yang encer dapat terdekomposisi dengan
keberadaan mikroba
(HOPE, 6th ed:2009 hal:703)
|
Inkompatibilitas
|
Bubuk Sukrosa
dapat terkontaminasi dengan adanya logam berat yang akan berpengaruh terhadap
zat aktif seperti asam askorbat..Sukrosa dapat terkontaminasi sulfit dari
hasil penyulingan.Dengan jumlah sulfit yang tinggi,dapat terjadi perubahan
warna pada tablet yang tersalut gula.Selain itu sukrosa dapat bereaksi dengan
tutup alumunium
(HOPE, 6th ed:2009 hal:703)
|
Kegunaan
|
Pemanis,coating
agent,granulating agent,suspending agent,peningkat viskositas,tablet
binden,sugar coating adjust
(HOPE, 6th ed:2009 hal:703)
|
7. Butyl Hidroksi Toluat (BHT) (RM : C15H24O ; BM : 220,35) HOPE 6th, hal: 75-76
Pemerian
|
Kristal padat putih atau kuning pucat dengan
bau khas fenol yang lemah
|
Kelarutan
|
Praktis tidak larut dalam air, gliserin,
propilenglikol, larutan alkali hidroksida dan asam mineral encer. Mudah larut
dalam aseton, benzene, etanol (95%), eter, methanol, toluene, campuran
minyak, dan minyak mineral. Lebih larut dari BHT dalam munyak makanann dan
lemak.
|
Data fisik
|
Titik Leleh : 70ºC
Osmolaritas : -
|
Kadar Penggunaan
|
Fish oils 0.01–0.1
ADI : 12.5
µg/kg body-weight (WHO)
(HOPE 6th 2009 hal : 75)
|
Stabilitas
|
Paparan cahaya, kelembaban dan panas
menyebabkan perubahan warna dan hilangnya aktivitas. Disimpan di wadah
tertutup baik, terlindung dari cahaya, di tempat sejuk dan kering.
|
Inkompatibilitas
|
BHT mengalami reaksi karakteristik fenol.
Tidak kompatibel dengan oksidator kuat seperti peroksida dan permanganat.
Kontak dengan oksidator dapat menyebabkan pembakaran spontan. Garam besi
menyebabkan perubahan warna dengan hilangnya aktivitas. Pemanasan dengan
sejumlah katalis asam menyebabkan dekomposisi yang cepat dengan pelepasan gas
isobutena yang mudah terbakar.
|
Kegunaan
|
Antioksidan.
|
8. Aquadest (RM : H2O ; BM : 18,02)
Pemerian
|
Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa
(FI ed:III hal:96)
|
Kelarutan
|
Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya
(HOPE, ed :2009 hal :766)
|
Data fisik
|
Titik beku : 0 ºC
Titik didih : 100 ºC
Densitas: 1,00 g/cm3
|
Stabilitas
|
Stabil disemua keadaan fisik (padat, cair, gas)
(HOPE, ed :2009 hal :766)
|
Inkompatibilitas
|
air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang rentan akan
hidrolisis (terjadi dekomposisi jika terdapat air atau kelembapan) pada
peningkatan temperatur. Air bereaksi secara kuat dengan logam alkali dan
bereaksi cepat dengan logam alkali tanah dan oksidanya seperti kalsium oksida
dan magnesium oksida. Air juga bisa bereaksi dengan garam anhidrat menjadi
bentuk hidrat.
(HOPE, ed :2009 hal :768)
|
Kegunaan
|
Pelarut/Pembawa
(FI ed III hal :96)
|
3.
Cara Pemakaian
·
Dosis Oleum
Iecoris Aselli Emulsum 3 kali sehari 15 ml (FORNAS,
1978).
·
Dosis Lazim
Oleum Iecoris Aselli adalah 1 ml ( Tiap 1 ml mengandung vit A 800 UI, vit D 80
UI (Farmakope Indonesia , 1979).
·
Dalam minyak ikan Potensi vitamin A
tidak kurang dari 600 UI per g, potensi vitamin D tidak kurang dari 80 UI per g . (Obat-Obat penting, 2007).
Dari sumber tersebut dapat dihitung dosis
untuk sediaan Emulsi Oleum Iecoris Aselli dengan mengambil potensi minimal dari
Oleum Iecoris Aselli sebagai berikut:
Dalam 5 ml
sediaan Emulsi Oleum Iecoris Aselli mengandung 1,5 gram Oleum Iecoris Aselli.
Menurut
FI III dalam 5 ml mengandung Oleum Iecoris Aselli :
·
Vitamin A : 800 UI dalam 1 ml à dalam 5 ml : 4000 UI
·
Vitamin D : 80 UI dalam 1 ml à dalam 5 ml : 400 UI
Potensi
minimal Oleum Iecoris Aselli à
Vitamin A : 600 UI/g
Vitamin
D : 80 UI/g
Sehingga Dosis untuk emulsi Oleum Iecoris Aselli
adalah sebagai berikut:
·
Vitammin A : 1,5 gr X 600 UI/g = 900 UI/g. Untuk
memenuhi dosis lazim Vitamin A maka :
·
Vitamin D : 1,5
gr X 80 UI/g = 120 UI/g. Untuk memenuhi
dosis lazim Vitamin D maka :
Jadi didapatkan dosis untuk Emulsi Oleum Iecoris
Aselli Adalah : Sehari 4 kali @ 5 ml
4.
Bentuk Sediaan dipasaran: Scout Emulsion
5.
Daftar Pustaka
· Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV, Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. · Rowe, Raymond C.2006. Handbook of Pharmaceutical Excipients. 5th ed., London : Pharmaceutical Press.
· Drs.H.A.Syamsuni,Apt.2006. Ilmu Resep. EGC Jakarta
· Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional edisi kedua, Jakarta:
https://www.mipa-farmasi.com/2020/05/emulsi.html
· Ansel,Howard C. 2005. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi edisi IV .Jakarta : UI-press
· Tjay, tan hoan & Kirana rahardja. 2002. Obat-Obat Penting edisi kelima. Jakarta: PT elex media komutindo.
Posting Komentar untuk "Emulsi Minyak Ikan - Metode Pembuatan dan Bahan Tambahan Dalam Sediaan"